Teknologi jalan rel sulit dijelaskan
tanpa mengetahui sejarah perkembangan teknologi jalan rel. Salah satunya
adalah tentang sejarah perkembangan rel.
Kegunaan rel sudah diketahui oleh
manusia sejak 2000 tahun SM. Jika kondisi tanah basah, maka roda akan
menekan tanah sehingga meninggalkan tapak berupa cekungan ke dalam
tanah, hingga lama kelamaan setelah dilewati beberapa kali tanah akan
mengeras dan padat. Mendorong gerobak melalui bagian tanah yang sudah
mengeras membuktikan bahwa gerobak ternyata lebih mudah didorong.
Kebutuhan mendorong gerobak di lorong
pertambangan membutuhkan pengetahuan sifat istimewa dari rel, agar
gerobak tidak membentur dinding lorong ditambahkan sebuah alat di bagian
depan gerobak untuk menjaga agar gerak gerobak mengikuti arah lorong.
Abad ke 18 digunakan jalan menggunakan papan kayu yang disebut Wagonway
untuk angkutan batu bara.
Setelah besi ditemukan maka dibuat roda
yang lebih tahan lama dan mclapisi permukaan roda yang bersinggungan
dengan jalan menggunakan lapisan besi tipis. Selain itu besi juga
digunakan untuk melapisi permukaan jalan kayu. Tahun 1767, von Reynolds
melapisi lapisan kayu dengan besi cor di atasnya dengan peninggian pada
sisi-sisinya.
Sejak dikenal proses pengolahan besi
yang lebih efektif kemudian menghasilkan rel sebagai pengganti jalan
kayu. Rel dibuat dari besi tuang dengan lekukan yang diharapkan dapat
memberi arah yang tepat bagi pergerakan roda. Jalan dengan menggunakan
bahan ini disebut Plateway. Tahun 1782, von Jessops menggunakan rel darl
besi cor yang merubah bentuk rel dari bentuk kanal menjadi bentuk jamur
sejalan dengan dibuatnya roda yang dilengkapi dengan flens.
Rel yang terbuat dari besi cor sering
patah terutama pada bagian tengah. Kemudian dibuat rel yang diperkuat
pada bagian tengah menjadi seperti perut ikan. Tahun 1820, mulai
digunakan rel baja yang ditempa dengan kekuatan tarik yang lebih baik.
Membuat roda dengan flens terjadi ada
dua pilihan yaitu flens roda pada sisi luar atau pada sisi dalam. Flens
disisi luar mengakibatkan kesulitan saat belok. Terbaik adalah
menempatkan flens pada sisi dalam. Roda silindris dengan flens dalam
menyebabkan saat kendaraan bergerak, roda akan selalu menyentuh rel pada
salah satu sisi dan terjadi gesekan yang terus menerus antara sisi
dalam rel dan flens roda. Untuk mengatasinya roda dibuat kerucut.
Rel berkaki lebar mulai digunakan pada
tahun 1839, dikembangkan oleh Steven yang memulai eksperimen tentang rel
sejak tahun 1830.
Pembangunan jalan rel di Indonesia
dimulai dengan penyangkulan pertama pembangunan badan jalan rel oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, LAJ Baron Sloet Van De Beele pada 17
Juni 1864. Jalan rel pertama dibangun oleh perusahaan swasta bernama NIS
(Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij) dimulai dari Semarang
menuju Tanggung sepanjang 26 km dan diresmikan pada tanggal 10 Agustus
1867. Lebar spoor yang digunakan yaitu 1435 mm.
Pembangunan jalur dilanjutkan menuju
Solo dan Yogyakarta kemudian diresmikan pada tanggal 10 Juni 1872.
Mengingat topografi Indonesia yang bergunung maka pemerintah Hindia
Belanda menetapkan lebar spoor 1067 mm sebagai lebar spoor yang lebih
sesuai untuk topografi Indonesia. Pada masa pemerintah Hindia Belanda,
tepatnya sampai 1939, panjang jalan rel di Indonesia telah mencapai 6811
km.

Namun sejarah jalan rel di Indonesia
mencatat adanya masa yang memprihatinkan yaitu pada masa pemerintah
Jepang. Sepanjang kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena rel
yang dibongkar semasa pemerintahan Jepang ini diangkut ke Burma untuk
pembangunan jalan rel di sana. Bahkan menurut data Ditjen Perkeretaapian
tahun 2006, jalan rel yang beroperasi hanya 4360 km dan tidak
beroperasi sepanjang 2122 km.
Jalan rel kereta api merupakan prasarana
utama dalam perkeretaapian karena rangkaian kereta api hanya dapat
melintas di atas jalan yang dibuat secara khusus untuknya. Lebar jalan
rel yang pernah ada di Indonesia dibedakan dengan lebar spoor 1435 mm,
1067 mm, 750 mm dan 600 mm. Sedangkan tipe rel yang pernah digunakan di
Indonesia meliputi tipe R25, R33, R42 dan R54.
Hampir seluruh jalan rel (baik jalan rel
yang aktif maupun tidak aktif) di Indonesia saat ini merupakan aset
yang bernilai sejarah sehingga menjadi salah satu fasilitas publik dan
aset bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Ikon | Lintas Heritage | Deskripsi | Perusahaan |
![]() |
Bogor - Sukabumi - Bandung | Jalur pertama dari Jakarta ke Bandung, yg dibangun 1881-1884. Terdapat terowongan yang pertama kali dibangun yaitu terowongan Lampegan yang memiliki panjang 686 meter. 90% stasiun masih original eks SS. Panorama bernuansa pegunungan dan pedesaan. Jarak: 140 km | SS (Staatsspoorwegen) |
![]() |
Cikampek - Purwakarta - Bandung | Jalur kedua dari Jakarta ke Bandung, yang dibangun tahun 1902-1906 oleh SS. Terdapat terowongan Sasaksaat yang memiliki panjang 950 meter. Terdapat 400 lebih jembatan, yang terkenal yaitu Cikubang, Cirangrang, Cisomang dan Ciganea. Panorama bernuansa pegunungan. Panjang jalur: 75 km | SS (Staatsspoorwegen) |
![]() |
Bandung - Banjar | Jalur ini dibangun untuk menghubungkan kota Yogyakarta dan kota Bandung, dibangun 1884-1894 oleh SS. Terdapat jalur menawan di daerah Leles - Lebakjero. Jalur ini naik-turun, curam dan berkelak-kelok. Terdapat jembatan Cirahong, jembatan ini memiliki keunikan yaitu satu jembatan dapat dilalui mobil/motor dan kereta api tanpa saling menghalangi). Panorama bernuansa pegunungan. Panjang jalur: 157 km | SS (Staatsspoorwegen) |
![]() |
Tuntang - Ambarawa - Bedono | Jalur ini dibangun oleh NIS untuk kepentingan mobilisasi militer Belanda dari Semarang ke Ambarawa. Jalur ini diresmikan 1873. Terdapat rel bergerigi pada rute Jambu - Bedono dan Bedono - Gemawang. Saat ini jalur cabang tidak terkoneksi dengan jalur utama kereta api (Semarang - Solo). Kawasan Stasiun Ambarawa sudah menjadi landmark kabupaten Semarang. Panjang jalur: 14.5 Km. | NIS (Nederlandsch-Indische Spoorweg maatschappij) |
![]() |
Purwokerto - Purwokerto Timur | Jalur eks SDS yang tersisa dan terkoneksi dengan jalur utama kereta api (Yogyakarta-Purwokerto) di stasiun Purwokerto. Jalur ini merupakan bagian dari jalur kereta api rute Purwokerto - Wonosobo sepanjang 92,1 km. Jalur milik SDS (Maos-Purwokerto-Wonosobo) mulai dibangun tahun 1893. Saat itu dibangun untuk mengangkut hasil bumi dari Wonosobo ke Cilacap. sempat digunakan sebagai angkutan Pupuk Sriwijaya dan Sement dari Cilacap ke Purwokerto Timur, namun hanya aktif sampai dengan 1985. Panjang jalur: 5 km | SDS (Serajoedal Stoomtram Maatschapp |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar